Sabtu, 12 Februari 2011

tenget and ehtnobotany


Di Indonesia keanekaragama flora sangat beragam, di dalam kebudayaan masyarakat Indonesia banyak tumbuhan yang digunakan dalam kegiatan kesehariannya. Indonesia, Negara kepulauan dengan beragam suku dan kebudayaan yang dimiliki, banyak dari suku maupun kebudayaan dari masyarakat tersebut dalam tradisinya menggunakan tumbuhan-tumbuhan. Di tahun 1873-1980: muncul ilmu Etnobotani. Etnobotani (dari "etnologi" - kajian mengenai budaya, dan "botani" - kajian mengenai tumbuhan) adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan. Penelitian etnobotani diawali oleh para ahli botani yang memfokuskan tentang persepsi ekonomi dari suatu tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat lokal. Ahli etnobotani bertugas mendokumentasikan dan menjelaskankan hubungan kompleks antara budaya dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama pada bagaimana tumbuhan digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai lingkungan masyarakat, misalnya sebagai makanan, obat, praktik keagamaan, kosmetik, pewarna, tekstil, pakaian, konstruksi, alat, mata uang, sastra, ritual, serta kehidupan sosial. Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal-balik secara menyeluruh antara masyarakat lokal dan alam lingkungannya meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan.  
Salah satu kebudayaan yang erat kaitannya dalam tradisinya menggunakan tumbuhan-tumbuhan, adalah kebudayaan yang ada di masyarakat bali. Masyarakat bali merupakan masyarakat yang komunal, paternalis dan religious. Karakter masyarakat seperti itu timbul karena masyarakat bali merupakan masyarakat petani yang penuh dengan kebersamaan dalam suatu lingkungan tertentu (Jondra,2004). Karena sangat tergantungnya masyarakat bali dengan alam nya menimbulkan kesadaran untuk selalu menjaga alamnya, seperti dalam konsep tri hita krane, tiga hubungan yang harus dijaga; hubungan manusia dengan tuhanya, hubngan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alamnya. Kesadaran inilah yang merangsang lahirnya berbagai kearifan local masyarakat bali yang berujung pada pemeliharaan dan perlindungan terhadap alam misalnya “tenget” (angker), sakti, taksu, gaib, tumbal, dewasa,dan masih banyak lagi (Jondra,2004).   
Didalam masyarakat bali juga dikenal istilah “tenget” diamana “tenget” merupakan kearifan local (local genius/indigenous knowledge) yang ada didaerah bali. “tenget” dalam budaya bali tidak saja sebagai system nilai budaya, tetapi juga bentuk pengetahuan yang disampaikan secara oral berdasarkan pengalaman dari generasi ke generasi dan menyangkut hubungan manusia dengan lingkungan dan dunia transcendental yang melingkupinya. “tenget” yang lahir dari system kepercayaan dalam budaya bali mengajarkan kepada masyarakat penduduknya antara lain bahwa didalam setiap komponen lingkungan tidak hanya terdapat wujud fisik tetapi juga menyangkut unsur-unsur non fisik, sehingga terhadap komponen lingkungan dengan predikat “tenget” ini berlaku larangan atau tabu dengan alasan tertentu, yang pada dasarnya menunjukan bahwa komponen lingkungan atau lingkungan tertentu tidak boleh diganggu atau boleh dikelola hanya dengan mengikuti suatu aturan-aturan tertentu (Hudyana,2002). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar