Minggu, 30 Mei 2010

PEMODELAN LONGYAM TERPADU DALAM RANGKA APLIKASI SAINS UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT.

Pada umumnya infeksi cacing banyak menimpa peternakan-peternakan yang kurang memperhatikan hygiene dan sanitasi lingkungan, sehingga cacing parasit tersebut dengan leluasa menyerang hewan ternak. Bermacam-macam cara telah ditempuh dalam mengusahakannya untuk program tersebut. Salah satu usaha pemerintah adalah dengan menggalakkan peternakan ayam buras. Usaha peternakan ayam sering menjumpai adanya hambatan. Diantaranya timbul berbagai macam penyakit sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit.

Dalam sistem litter seperti parenstock dan juga pada ayam-ayam kampung yang ada disekitar, prevalensi infestasi cacing yang ditemukan pada ayam yang dipelihara sangatlah tinggi. Sedangkan pada ayam yang dipelihara dengan sistem battery prevalensinya lebih kecil, bergantung pada kebersihan,makanan, dan lingkungan. Salah satu gangguan yang dapat menyerang ayam adalah penyakit cacingan disebabkan oleh cacing Ascaridia galli.

Beberapa usaha telah dilakukan dalam menanggulangi infeksi A. galli pada ayam. Khususnya pada masa pra-infektif. Salah satu usahanya dengan cara mengurangi tingkat pencemaran feses pada tanah oleh ayam penderita ascariasis melalui pemanfaatan feses ayam tersebut sebagai bahan makanan tambahan bagi ikan di kolam. Pencegahan infeksi A. galli dapat dilakukan dengan cara sanitasi yang baik atau pemeliharaan unggas dengan sistem battery.

Ada beberapa aspek yang cukup menguntungkan dalam usaha peternakan ayam di atas kolam. Keuntungan penggunaan feses sebagai pupuk kandang di kolam akan menyuburkan plankton merupakan makanan alami bagi ikan, sehingga akan meningkatkan bobot ikan. Selain itu pupuk kandang juga dapat dimakan langsung oleh ikan yang merupakan tambahan secara rutin (Athiroh 2004). Sedangkan manfaat bagi ayam yaitu dapat mencegah terjadinya infeksi A. galli secara otoinfeksi. Berkaitan dengan penanggulangan cacing A. galli, maka usaha tersebut perlu mendapatkan perhatian. Usaha tersebut dikenal dengan istilah peternakan terpadu.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Athiroh (1993), ternyata dinding telur A. galli (parasit pada ayam) mengalami kerusakan dalam usus ikan setelah dilakukan infeksi buatan pada berbagai ikan. Dengan demikian parasit A. galli tersebut tidak akan menginfeksi ikan di kolam. Untuk menunjang aplikasi ini didukung pula oleh penelitian Syaifudin & Athiroh, (2007), ikan lele dumbo (Clarias glariepinus) setelah diberi pakan tambahan kotoran ayam setiap individu mengalami pertumbuhan (baik panjang maupun berat). Konsentrasi kotoran ayam yang berpengaruh terhadap panjang ikan lele, ditunjukkan oleh P30 (pemberian kotoran ayam 30% dari berat kotoran ikan lele 5%). Pemberian pakan tambahan bisa berupa sisa-sisa makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan , tulang ayam yang dihancurkan, usus ayam dan bangkai. Selain itu juga dapat diberi campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan bekicot (2:1:1). Pemberian pakan tambahan maupun berupa pellet harus memperhatikan faktor efisiensi, karena ikan lele sudah memanfaatkan pakan yang tumpah dari pakan ayam, bahkan kotoran ayam (manure) masih mengandung protein 50 – 70%.

Menurut Siregar (1995) menyatakan bahwa rata-rata jumlah pakan harian yang dibutuhkan oleh seekor ikan adalah sekitar 3% - 4% dari berat total badannya (Biomass). Ikan berukuran kecil dan masih muda yang membutuhkan jumlah pakan lebih banyak daripada ikan dewasa berukuran besar. Disamping itu, ikan kecil itu juga membutuhkan pakan yang kandungan nutrisinya lebih baik daripada ikan besar. Ikan kecil (misalnya larva) membutuhkan pakan yang kandungan proteinnya lebih tinggi.

Meningkatkan pendapatan petani ikan serta mengurangi pencemaran oleh feses ayam. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat pada umumnya dengan longyam. Yaitu suatu pemeliharaan ikan dikolong kandang ayam. Praktek ini, merupakan suatu perpaduan kegiatan budidaya yang menguntungkan. Dua kegiatan budidaya tersebut berjalan bersama-sama. Petani ikan yang membudidayakan ikan dikolong kandang ayam secara tidak langsung akan menghasilkan penghasilan ganda diantaranya:

1) memanen ikan dari kegiatan memelihara ikan

2) Memanen ayam dari kegiatan budidaya ayam

3) Kotoran ayam yang jatuh ke kolam akan menghasilkan plankton yang berguna bagi pertumbuhan ikan.

Sistem longyam juga dapat memberikan beberapa keuntungan, diantaranya pakan tambahan ayam yang terbuang dapat dimanfaatkan langsung dimakan ikan. Dengan demikian akan dapat mengurangi biaya pakan tambahan ikan. Selain itu, kotoran ayam tidak menimbulkan bau yang tak sedap. Kotoran ayam bisa juga langsung dimakan oleh ikan, terutama yang sudah kering. Sedangkan sisa kotoran itu bisa menjadi pupuk yang secara kontinyu menyuburkan kolam. Hal ini karena kotoran ayam di dalam kolam merupakan dasar utama pertumbuhan phytoplankton dan bakteri, yang seterusnya menjadi penunjang utama kehidupan zooplankton. Dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi, phytoplankton dapat mengasimilasi bahan-bahan anorganik dan CO2 untuk menghasilkan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh ikan. makanan alami lele berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing dan serangga air. Makanan yang berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), Ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta). Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein, seperti
kotoran yang berasal dari kakus.

Beberapa ikan air tawar yang dapat dipelihara dengan ayam, atau longyam antara lain: lele, mas, nila gurami tawes, dll. Model pemeliharaan diversifikasi ini, bisa menimbulkan dampak yang fatal terhadap kelangsungan usaha tani tersebut. Selain bisa menumbuhkan pakan alami kotoran ayam tersebut bisa menjadi pakan langsung bagi ikan. Pemeliharaan pada praktek Longyam bisa dilakukan secara sistem monokultur, dan sistem polikultur. Oleh karena itu perlu memperhatikan beberapa hal yaitu:

a) Pertama, kandang ayam tidak boleh menutupi seluruh permukaan kolam. Kandang seperti itu dapat menghalangi sinar matahari ke dalam air. Keadaan ini menyebabkan tidak terjadi fotosintesa dan suhu air menjadi rendah. Air yang bersuhu rendah bisa menjadi penyebab timbulnya penyakit.

b) Kedua, jarak antara permukaan air dengan dasar kandang minimal 50 cm. Jarak terlalu dekat bisa menyenbabkan kandang menjadi lembab. Keadaan ini tak baik untuk ayam, bisa menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan timbulnya penyakit.

c) Ketiga, jumlah ayam dan ikan harus seimbang. Bila ayam terlalu banyak bisa menyebabkan kematian pada ikan, karena banyak kotoran ayam tidak bisa dimanfaatkan oleh ikan. Hal ini akan menyebabkan sisa-sisa pakan akan menjadi racun (toxid) bagi ikan. Untuk satu ekor ayam perlu diimbangi dengan 10 – 20 ekor ikan ukuran5-8 cm.

Hama dan Penyakit yang ada pada Beberapa Unggas Diantaranya:

1. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri

2. Penyakit yang disebabkan oleh Virus

3. Penyakit yang disebabkan oleh nutrisi

4. Penyakit yang disebabkan oleh racun maupun faktor lainnya.

Secara umum gejala penyakit cacingan pada ayam adalah:

- Tubuh ayam menjadi kurus

- Nafsu makan berkurang

- Sayap kusam dan terkulai

- Kotoran encer, berlendir berwarna keputihan dan kadang berdarah

- Pertumbuhan lamban

Penanggulangan yang dapat dilakukan secara umum adalah:

- Sanitasi kandang dengan desinfektan

- Pemberian Caricid pada umur 4-6 minggu dengan dosis 30 ml/3 liter air untuk 100 ekor ayam. Umur lebih dari 6 minggu diberi dosis 6 ml/10 L air untuk 100 ekor ayam

- Campurkan premix 2.4% ke dalam makanan dengan dosis 2.5 kg/kg pakan diberikan selama 5-6 hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar